Meneliti sebuah peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia pada tahun 1965 di Indonesia. Pertama-tama kita akan melihat interest G30S/PKI orang-orang di Indonesia. Pada tahun 2006-2017 telah muncul ketertarikan terhadap isu G30S/PKI tetapi pada tahun 2018 G30S/PKI menjadi isu sangat trend, ini menunjukan bahwa kejadian-kejadian di masa lalu dampaknya tetap terasa sampai sekarang bahkan minat untuk membahas dan menyelidiki terlihat di tahun 2018. Hal ini menjadi sebuah identitas dalam diri bahwa kita tidak terlepas dari peristiwa-peristiwa di masa lalu. Peristiwa G30S/PKI menjadi peristiwa yang berdampak dan penting di Indonesia selain itu menjadi peristiwa penting dalam dunia global.
Pembahasan tentang isu G30S/PKI tidak hanya ada dalam dunia politik, tetapi juga dibahas dalam dunia akademisi seperti pada tahun 1971 dalam bukunya Benedict R. O’G Anderson dan Ruth T. Mcvey yang berjudul ‘A Preliminary Analysis of The October 1965 Coup in Indonesia’ lalu ada ‘The Army and Politics in Indonesia’ yang ditulis oleh Harold Crouch serta ‘Pretext for Mass Murder’ yang ditulis oleh John Roosa tahun 2006.
Narasi tandingan (counter narrative) cerita yang menentang narasi pokok seperti militer dalang kudeta bukan PKI (McVey dan Anderson, 1971).
PKI dijebak oleh Soeharto dalam peristiwa G30S/PKI (Wertheim, 1971) serta PKI dan pihak dalam militer bekerja sama dalam merencanakan dan melaksanakan kudeta (Crouch, 1978).
Dari penjelasan di atas menyatakan betapa berpengaruhnya sejarah dalam kehidupan yang terjadi di masa sekarang. Pada penelitian ini pemateri mengaitkan antara narasi tandingan (counter narrative) dengan reconciliation. Reconciliation adalah melihat sisi manusia dari kelompok musuh (Staub, 2006) dan dukungan terhadap kebijakan-kebijakan yang memfasilitasi rehabilitasi pihak yang dirugikan (Subasic & Reynolds, 2009).
Dalam pertemuan kali ini Promovendus Club melalui kegiatan Kolokium Dua mingguan (KDM) mengadakan KDM dengan tema “The Impact of Counter-narratives on Inclusive Identity and Reconciliation Support in The Context of Anti-communist Sentiment in Indonesia” pada Jum’at, 14 September 2020 untuk memberikan pemahaman mendalam tentang dampak narasi tandingan pada Identitas Inklusi dan Dukungan Rekonsiliasi dalam Konteks Sentimen Anti-Komunis di Indonesia.
Kegiatan Kolokium Dua Minggu-an (KDM) dari Promovendus Club (PC) yang dilakukan secara daring, menghadirkan Haidar Buldan Thontowi S.Psi., M.A., Ph.D. (Cand.), dosen muda Fakultas Psikologi UGM lulusan University of St. Andrews. Teman-teman yang tertarik dengan kegiatan ini, bisa melihat rekaman kegiatan tersebut di tautan berikut.
Referensi
Anderson, Benedict R. & McVey, Ruth T. (1971). A preliminary analysis of the October 1, 1965, coup in Indonesia. Cornell Modern Indonesia Project.
Wertheim, W.F. (1971). Suharto and the Untung coup: The missing link. Journal of Contemporary Asia 1(2), 20-57.
Harold Crouch (1978). Tentara dan politik di Indonesia. Equinox Publishing.