Sebagai anggota masyarakat membutuhkan partisipasi dan uluran tangan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Partisipasi yang diharapkan adalah perilaku sosial, yaitu suka rela menolong orang lain tanpa ingin memperoleh imbalan dan penolong merasa puas setelah menolong.
Perilaku prososial berkembang sejak anak-anak hingga dewasa. Semakin bertambah usia, semakin berkembang kematangan sosial dan tanggungjawab sosial. Pada usia remaja, diharapkan seseorang mampu mengembangkan pribadinya sesuai nilai etika dan moral dalam bentuk perilaku prososial. Hal ini mendorong semangat Muhammad Farid untuk meneliti hubungan penalaran moral, kecerdasan emosi, religiusitas, dan pola asuh orangtua otoritatif dengan perilaku prososial remaja. Subjek penelitian adalah siswa kelas 9 yang diambil secara random dari 12 SMP di Jombang.
Dalam ujian terbuka promosi doktor di ruang G-100 Fakultas Psikologi UGM (23/3), Muhammad Farid memaparkan temuan hasil penelitiannya. Dari 189 remaja laki-laki dan 250 remaja perempuan, didapat kesimpulan bahwa variabel penalaran moral, kecerdasan emosi, religiusitas, dan pola asuh orangtua otoritatif masing-masing berkorelasi positip dengan perilaku prososial remaja. Keempat prediktor tersebut memberi sumbangan 25.30% terhadap perilaku prososial. Bentuk perilaku sosial bekerjasama, menolong, berbagi, mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain remaja perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Penalaran moral, kecerdasan emosi, religiusitas, dan pola asuh orangtua otoritatif perlu dikembangkan sebagai upaya mengembangkan perilaku remaja.
Muhammad Farid berhasil mempertahankan disertasinya di depan dewan penguji dengan hasil sangat memuaskan dan menjadi doktor Universitas Gadjah Mada ke-1356. Dewan penguji terdiri dari Drs. Subandi, PhD, Prof. Dr. Johana E. Prawitasari (Promotor), Prof. Dr. Asmadi Alsa (Ko-promotor), Prof. Dr. Th. Dicky Hastjarjo, Dr. Wisjnu Martani, SU, Dr. MG. Adiyanti, MS, Dr. T. Priyo Widiyanto.