Sebagai anggota masyarakat membutuhkan partisipasi dan uluran tangan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Partisipasi yang diharapkan adalah perilaku sosial, yaitu suka rela menolong orang lain tanpa ingin memperoleh imbalan dan penolong merasa puas setelah menolong.
Perilaku prososial berkembang sejak anak-anak hingga dewasa. Semakin bertambah usia, semakin berkembang kematangan sosial dan tanggungjawab sosial. Pada usia remaja, diharapkan seseorang mampu mengembangkan pribadinya sesuai nilai etika dan moral dalam bentuk perilaku prososial. Hal ini mendorong semangat Muhammad Farid untuk meneliti hubungan penalaran moral, kecerdasan emosi, religiusitas, dan pola asuh orangtua otoritatif dengan perilaku prososial remaja. Subjek penelitian adalah siswa kelas 9 yang diambil secara random dari 12 SMP di Jombang.