Transformasi organisasi tidak akan berhasil bila tidak dilakukan perubahan budaya organisasi. Perubahan budaya organisasi dilakukan bila perguruan tinggi ingin berhasil menghadapi tantangan masa depan yang dinamis dan penuh ketidakpastian. Namun demikian, proses rekonstruksi budaya organisasi bukanlah proses yang mudah dan dapat dilakukan dalam waktu singkat. Dibutuhkan berbagai upaya yang tersistematisasi dengan baik agar proses internalisasi budaya dapat berjalan dengan lancar sehingga nilai-bilai baru dapat tertanam dan tercermin dalam sikap sivitas akademik.
Hal itu itu dikemukan Nidya Dudija dalam ujian terbuka promosi doktor dalam program doktor ilmu psikologi, Fakultas Psikologi UGM, Jumat (21/9), di ruang Auditorium Fakultas Psikologi. Penelitian disertasinya berjudul Metamorfosis Perguruan Tinggi Indonesia: Perjalanan Rekonstruksi Budaya Organisasi . Penelitian disertasi dilakukan terhadap tiga perguruan tinggi yang berada di tiga kota besar, yakni Semarang, Yogyakarta dan Bandung.
Ketiga perguruan tinggi yang tidak disebutkan namanya oleh Nidya dalam penelitian, menurutnya, mengalami perubahan yang bersifat fundamental dalam budaya organisasi karena mampu mengubah seluruh elemen organisasi meliputi struktur kerja, relasi hinga nilai yang sebelumnya telah ada sejak organisasi berdiri turut berubah.
Dari hasil penelitiannya, Nidya mengatakan proses rekonstruksi budaya organisasi diawali dengan adanya kesadaran yang tumbuh dari dalam diri organisasi karena adanya tantangan masa depan yang harus dihadapi. Namun begitu, setiap perguruan tinggi tetap akan mengahadapi pertentangan dari kelompok internal yang masih menganggap kondisi organisasi masih nyaman dan tidak perlu perubahanan. “Tugas pimpinan dan manajemen mengumpulkan informasi terkait perubahan eksternal dan tantangan masa depan,” katanya.
Dalam setiap tahapan perubahan budaya organisasi, menurutnya, tetap terjadi proses dialektika yang berupa tesis, antitesis, konflik yang meliputi aksi reaksi dan sintesis. “Pada akhirnya semua itu akan menjadi tesis baru pada tahap berikutnya,” ujarnya.
Nidya menyebutkan ada 8 fase dalam tahapan perubahan budaya organisasi, yakni fase refleksi masa lalu, fase menerka masa depan, fase menakar masa depan, fase identifikasi kekuatan, fase mengelola potensi, fase integrasi proaktif-status quo, fase perubahan dan fase penyesuaian.
Sementara nilai-nilai yang terbentuk pasca restrukturisasi perguruan tinggi adalah kolaborasi, perhatian pada pasar, kreativitas, branding dan entrepreneur. (Humas UGM/Gusti Grehenson)