Sebagian besar mahasiswa masa kini adalah mahasiswa milenial yang lahir 1995-2000an. Mereka memiliki kebutuhan berprestasi dan afiliasi yang lebih tiggi dibanding dengan generasi sebelumnya. Namun, tujuan beprestasi yang tinggi tidak selalu berdampak positif, sebab sikap toleransi yang rendah dan impulsif menyebabkan pelajar mengalami kesulitan akademik ketika menghadapi tuntutan yang tinggi. Oleh karena itu, generasi milenial membutuhkan kemampuan mengarahkan diri untuk mampu melepaskan diri dari ketergantungan kepada kelompok dan mampu mengarahkan dorongan berprestasi yang tepat.
Banyaknya perilaku berisiko dalam masyarakat, seperti perilaku atau ide bunuh diri, mudah menikah, mudah bercerai dan perilaku kambuh dalam menggunakan narkoba menguatkan dugaan makin banyak orang memiliki kriteria gangguan kepribadian ambang (KA). Perilaku semacam ini tidak hanya ditemukan di negara barat, namun juga di negara timur, termasuk di Indonesia.
Meski begitu, penelitian tentang gangguan kepribadian ambang (KA) ini masih sangat jarang dilakukan di Indonesia. Hal tersebut menjadikan pemahaman tentang determinan KA masih sangat terbatas, akibatnya penanganan untuk orang-orang dengan KA ini menjadi kurang tepat.
“Manusia tanpa interaksi sosial dapat menimbulkan masalah. Lemahnya relasi sosial dapat menyebabkan bekembangnya demensia,” ujar Yohanes Heri Widodo, Mahasiswa S3 Ilmu Psikologi UGM pada ujian terbuka untuk meraih Derajat Doktor pada Selasa (29/1) di Auditorium G-100 Fakultas Psikologi UGM.
Lebih lanjut, Heri menyatakan bahwa dukungan sosial diperlukan untuk mencegah hal tersebut. Menurutnya, konsep ini sejalan dengan pola kehidupan bertetangga masyarakat Indonesia yang terkenal komunal, terutama di area perkampungan.
Komunikasi orang tua dengan remaja terkait pacaran berpengaruh langsung terhadap perilaku berpacaran remaja.
Hal ini diutarakan oleh Farida Harahap saat mengikuti ujian terbuka program doktor, Senin (28/1) di Fakultas Psikologi UGM.
“Komunikasi orang tua terbukti masih sangat dibutuhkan remaja karena secara langsung memengaruhi perilaku berpacaran remaja,” ujarnya.
Perilaku berpacaran remaja pertengahan yang berusia 15-18 tahun, menurutnya, berada pada tahap perkembangan hubungan romantis remaja yang bersifat intimasi.
Komunikasi risiko masih menjadi persoalan dominan di Indonesia karena efektivitas menajemen risiko sering terhambat oleh adanya kesenjangan persepsi risiko antara publik dan otoritas. Kesenjangan dapat diatasi dengan memahami bagaimana individu menilai risiko. Sementara kondisi geografis Indonesia yang rawan terhadap bencana alam masih memengaruhi persepsi individu dan masyarakat soal isu perubahan iklim global sebagai risiko yang nyata, meskipun belum tentu ditindaklanjuti dengan tindakan antisipatif karena ada risiko-risiko lain yang harus diperhatikan.
Gangguan kecemasan bisa menyerang siapa saja. Rasa khawatir ini bisa dengan mudah dialami banyak orang, termasuk mahasiswa.
Tidak sedikit mahasiswa yang mengalami kecemasan sosial saat menjalani masa kuliah. Dampak yang muncul akibat rasa cemas sangat berpengaruh terhadap kehidupan mahasiswa.
Sejumlah penelitian menyebutkan dampak kecemasan pada mahasiswa antara lain memengaruhi kemampuan mengingat, penyesuaian diri di perguruan tinggi yang rendah, performansi akademik yang buruk, bahkan hingga putus kuliah. Selain itu, juga berdampak pada hubungan sosial, kesuksesan pekerjaan, pendidikan, serta aktivitas lainnya.
Mahasiswa doktoral UGM, Firmanto Adi Nurcahyo, mengembangkan inventori minat vokasional berdasar bentuk teoretis Holland.
Inventori ini bermanfaat untuk mengetahui minat vokasional seseorang sebagai dasar dalam pemilihan jurusan studi serta pekerjaan.
“Pengetahuan akan minat vokasional diperlukan dalam pemilihan jurusan studi serta pekerjaan. Namun demikian, tidak semua individu mampu mengenal minatnya,” tuturnya saat mengikuti ujian terbuka program doktor di Fakultas Psikologi, Senin (21/1).
Persoalan seperti ini, terangnya, banyak dialami oleh kaum remaja yang sedang menempuh atau baru saja lulus pendidikan pada taraf SMA yang mengakibatkan mereka mengalami kebingungan dalam menentukan jurusan pendidikan lanjutan yang hendak dijalani.
Gangguan spektrum autis (GSA) atau sering kali dikenal dengan istilah autisme, bukan merupakan hal yang tabu lagi untuk dibicarakan di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistika Indonesia tahun 2010 terdapat sekitar 2.4 juta jiwa penduduk Indonesia yang mengidap GSA. Hal ini menimbulkan masalah yang cukup kompleks dalam hal pengasuhan anak dengan GSA tersebut, sehingga bagi orang tua atau ibu yang memiliki anak dengan GSA cenderung mengalami stres pengasuhan.
Stres pengasuhan yang sering kali dialami oleh para ibu, meskipun ibu memiliki sumber stres yang sama, yaitu anak dengan GSA, ternyata sering kali berbeda. Hal itu disebabkan oleh perbedaan ibu dalam memaknai anak. Ibu yang cepat menerima kondisi dirinya memiliki anak dengan GSA cendurung memiliki tingkat stres rendah, akan tetapi ada beberapa ibu yang penerimaannya lama sampai bertahun-tahun bahkan belasan tahun, cenderung memiliki tingkat stres pengasuhan lebih tinggi.
Olah data merupakan salah satu aktifitas penting dalam sebuah penelitian. Dengan olah data, peneliti dapat menyampaikan hasil atau analisis penelitian secara informatif.
Namun seiring berkembangnya zaman, jenis-jenis metode olah data juga mengalami perkembangan. Untuk itu, kalangan akademisi dan peneliti pada khususnya diuntut untuk dapat mengikuti perkembangan zaman dalam hal metode olah data.
Menjawab kebutuhan tersebut Program Doktor Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), kembali mengadakan pelatihan olah data. Pelatihan diadakan pada hari Jumat, 23 November 2018 bertempat di gedung D ruang 505. Pelatihan berlangsung selama 2 jam, dari pukul 09.00 hingga 12.00 dan diikuti oleh 10 orang peserta yang merupakan mahasiswa S3 Fakultas Psikologi UGM.
Big Data merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan data dengan volume yang sangat besar baik untuk data terstruktur maupun tidak terstruktur. Hasil dari Big Data yang sudah diolah dapat menunjukkan hasil analisis data dengan cepat dan akurat sehingga dapat memberikan insight dalam pengambilan keputusan dan strategi dengan lebih baik. Oleh karena itu, Big Data menjadi populer dan digunakan oleh berbagai instansi seperti instansi pendidikan, pemerintahan maupun perusahaan untuk mengelola data. Pada hari Rabu, 14 November 2018 Program Studi Doktor Ilmu Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) berkesempatan mengadakan workshop Big Data. Workshop Big Data ini merupakan workshop lanjutan yang sebelumnya telah diadakan pada tanggal 11 Oktober 2018 dengan materi yang berbeda. Ruang A-203 menjadi tempat penyelenggaraan workshop dengan jumlah peserta sebanyak 45 orang. Peserta workshop adalah mahasiswa S2 hingga S3 dan beberapa dosen dari Fakultas Psikologi. Workshop dilaksanakan dalam 4 sesi, dimulai pukul 8 pagi hingga 5 sore.