• Tentang UGM
  • Akademik
  • Penelitian
  • Perpustakaan
  • Pusat IT
  • Webmail
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada
  • PROFIL
    • SEKILAS PANDANG
    • PENGELOLA
    • PROMOTOR & KO-PROMOTOR
    • UNIT PENDUKUNG PENELITIAN
  • AKADEMIK
    • PANDUAN AKADEMIK
    • Academic Guide
    • KURIKULUM
      • KURIKULUM 2014
      • KURIKULUM 2020
    • SIMASTER
    • SISTEM INFORMASI TERINTEGRASI
    • LEAFLET
  • FASILITAS
    • PERPUSTAKAAN
    • PENJAMINAN MUTU
    • AKSES JURNAL DAN EBOOK
    • LAYANAN TEKNOLOGI INFORMASI
  • KEMAHASISWAAN & ALUMNI
    • PRESTASI MAHASISWA
    • PROMOVENDUS CLUB
    • PROFIL MAHASISWA
  • PENDAFTARAN
    • PROSEDUR
    • SYARAT
    • SELEKSI
    • JADWAL SELEKSI
    • DAFTAR
  • Home
  • Rilis

Keluarga Dasar Pembentukan Perilaku Pembelian Kompulsif

  • Rilis
  • 14 Juli 2014, 13.36
  • Oleh : psikologi
Berbelanja merupakan bagian rutin dalam kehidupan shari-hari. Individu melalui aktivitas berbelanja dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun dalam situasi tertentu, membeli atau berbelanja mungkin bisa tanpa perencanaan, bahkan bagi mereka yang memiliki kecenderungan sebagai pembeli kompulsif. Ketidakmampuan mengendalikan hasrat untuk membeli sesuatu dapat mendorong mereka untuk melakukan apa saja asalkan hasrat tersebut dapat terpenuhi.

Menurut Retno Mangestuti, M.Si, dosen Fakultas Psikologi, Universitas Islam negeri (UIN) Malang, pembelian kompulsif merupakan fenomena psikoekonomik yang banyak melanda di kehidupan masyarakat, terutama mereka yang tinggal di perkotaan.Fenomena ini bisa diartikan sebagai suatu aktivitas pembelian yang berulang sebagai akibat dari adanya peristiwa yang tidak menyenangkan ataupun perasaan yang negatif dikarenakan oleh rasa ketagihan (kecanduan), tertekan, atau rasa bosan.

“Pembelian kompulsif ini juga dapat diartikan sebagai bentuk pembelian dengan kontrol yang lemah atau berlebihan, dorongan yang berkenaan dengan pembelajaan dan pengeluaran, yang konsekuensinya bersifat merugikan”, ujarnya di Fakultas Psikologi UGM, Rabu sore (13/7) saatmenempuh ujian terbuka program doktor.

Pembelian kompulsif, kata Retno, memiliki konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang. Konsekuensi jangka pendek, ia dapat bersifat positif seperti pengurangan stres dan ketegangan, peningkatan konsep diri, dan peningkatan dalam hubungan interpersonal. Sedangkan jangka panjang, pada umumnya merupakan hal yang merugikan, baik secara ekonomi maupun psikologis seperti tingginya tunggakan kartu kredit, hutang pribadi yang berlebihan, rendahnya tabungan, terjerat kasus hukum, munculnya perasaan rendah diri, rasa bersalah, depresi, cemas, frustasi sertamunculnya konflik interpersonal.

“Banyak faktor yang menyebabkan munculnya pembelian kompulsif. Faktor lingkungan keluarga,faktor psikologis seperti penghargaan diri, status sosial yang dipersepsikan, dan fantasi. Selain itu faktor sosiologis, berupa tayangan televisi, teman sebaya, frekuensi berbelanja, serta kemudahanmengakses dan menggunakan kartu kredit,” katanya.

Dalam desertasinya “Model Pembelian Kompulsif Pada Remaja”, disebutkan meskipun tidak menutup kemungkinan terjadi pada individu dengan usia rata-rata di awal 30 tahun, pembelian kompulsif rata-rata terjadi pada usia remaja atau awal umur dua puluhan. Bahwa individu di usia 18sampai dengan 21 tahun memiliki kecenderungan yang tinggi untuk berperilaku kompulsif.

Hasil survei bidang klinis menunjukkan 80 persen sampai 95 persen dari mereka yang berperilaku kompulsif adalah perempuan. Hal ini menunjukkan perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadappembelian kompulsif.

“Alasannya perempuan lebih lebih mementingkan penampilan, agar dapat diterima dalam lingkungan pergaulannya. Disamping itu, perempuan cenderung membutuhkan penyaluran bila mengalami permasalahan, salah satu bentuknya adalah melalui pembelian kompulsif,” terangperempuan kelahiran Magelang 20 Februari 1975 ini.

Bagi Retno Mangestuti, dinamika psikologi tersebut sesungguhnya dapat dipahami melalui teori belajar sosial, bahwa keluarga adalah dasar terbentuknya perilaku pembelian kompulsif, karena awal dari sosialisasi konsumen berasal dari keluarga. Keluarga dengan orang tua berstatus pembeli kompulsif akan menjadi model untuk ditiru. Selain itu, orang tua yang tidak memberikan dukunganberupa kasih sayang dan perhatian namun justru banyak memberikan tekanan menjadi penguat bagi
remaja untuk melakukan pembelian kompulsif.

“Hal ini akibat dari kondisi keluarga yang tidak menyenangkan. Bagi praktisi di bidang perilaku konsumen, perilaku pembelian kompulsif ini tetap menjadi fenomena menarik dalam kajian perilaku konsumen. Meski memiliki efek negatif, namun hal itu juga dianggap memiliki efek positif dalam jangka waktu yang pendek. Karena itu hal ini akan tetap menjadi penting dan menarik untuk terusdicermati secara seksama,” papar Retno Mangestuti. (Humas UGM/ Agung)

sumber: ugm.ac.id

Related Posts

Raih Gelar Doktor, Haiyun Nisa Angkat Isu Psikologis Litigasi Perceraian Perempuan

Rilis Senin, 30 Juni 2025

Haiyun Nisa, S.Psi., M.Psi., Psikolog., sukses meraih gelar doktor pada ujian terbuka Program Studi Doktor Ilmu Psikologi Universitas Gadjah Mada, Kamis (26/06). Penelitian yang berjudul “Tutur Batin Penggugat: Yurisprudensi Terapeutik dan Pemberdayaan Psikologis pada Perempuan Inisiator Penceraian” mengantarkan Haiyun menjadi doktor ke-6517 yang lulus dari UGM.

Ujian terbuka promosi doktor Haiyun Nisa dilaksanakan di Ruang A-203, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Sidang ini dipimpin oleh Dekan Fakultas Psikologi UGM, Rahmat Hidayat, S.Psi., M.Sc., Ph.D., dan menghadirkan para penguji dari kalangan akademisi terkemuka. Bertindak sebagai Promotor, Prof. Drs. Koentjoro, MBSc., Ph.D., Psikolog. Ko-promotor, Pradytia Putri Pertiwi, S.Psi., Ph.D. Hadir pula sebagai anggota panitia penilai: Prof. Dr. Tina Afiatin, M.Si., Psikolog, Diana Setiyawati, S.Psi., MHSc., Ph.D., Psikolog, serta anggota penilai eksternal, Prof. Dr. Nurul Hartini, S.Psi., M.Kes., Psikolog dari Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.

Haiyun menyoroti suara hati perempuan yang menggugat cerai karena konflik rumah tangga yang mereka alami, usaha bertahan, serta dampak emosional yang sulit mereka ceritakan ke orang lain. Ia menjelaskan bahwa proses perceraian bukan hanya melelahkan secara hukum, tetapi juga berat secara psikologis. Padahal, sebagian besar perkara perceraian di Indonesia justru diajukan oleh perempuan.

Untuk meneliti hal ini, Haiyun melibatkan para perempuan yang sedang atau pernah menggugat cerai. Penelitiannya dilakukan dalam empat tahap: menggali pengalaman mereka, membuat rencana intervensi, menjalankan program pendampingan, lalu menyusun rekomendasi kebijakan. Hasilnya menunjukkan bahwa proses hukum justru sering menimbulkan tekanan mental yang besar. Dari situ, ia mengembangkan modul pendampingan berjudul “Perempuan Tangguh” untuk membantu perempuan lebih kuat secara mental saat menjalani proses perceraian.

Penelitian ini menjadi terobosan karena menggabungkan pendekatan hukum dan psikologi yang selama ini jarang dikaji bersama. Selain membantu perempuan menghadapi proses hukum dengan lebih siap, hasil riset ini juga mendorong pentingnya layanan psikologis di pengadilan. Haiyun berharap ke depan, sistem hukum di Indonesia bisa lebih peduli pada sisi kemanusiaan dan kesehatan mental pihak yang berperkara, terutama perempuan.

“Penelitian ini bukan berarti menormalisasi perceraian, namun sebagai upaya untuk membuka ruang bagi sistem hukum agar lebih empatik dan memulihkan. Harapan saya pendekatan ini bisa mendorong perubahan pada paradigma praktik pengadilan supaya lebih responsif terhadap aspek psikologis para pihak, terutama perempuan,” ucap Haiyun dalam sambutan setelah resmi menyandang gelar doktor dengan masa studi 3 tahun, 9 bulan, 19 hari, IPK 3.92 (cumlaude). 

Penulis : Relung Fajar Sukmawati

 

Sumber: https://psikologi.ugm.ac.id/raih-gelar-doktor-haiyun-nisa-angkat-isu-psikologis-litigasi-perceraian-perempuan/

Lusi Nur Ardhiani Kupas NSSI dalam Ujian Tertutup Doktoralnya

Rilis Senin, 30 Juni 2025

Yogyakarta – Program Studi Doktor Ilmu Psikologi Universitas Gadjah Mada kembali menyelenggarakan Ujian Tertutup untuk salah satu mahasiswanya dari Angkatan 2021, Lusi Nur Ardhiani, S.Psi., M.Psi., Psikolog, pada Kamis, 26 Juni 2025. Ujian yang digelar di pagi hari ini menjadi penanda bahwa Lusi adalah mahasiswa kedua dari angkatan tersebut yang berhasil mencapai tahap akhir dalam studi doktoralnya melalui Ujian Tertutup.

Disertasi yang diangkat oleh Lusi berjudul “Perilaku Menyakiti Tanpa Niat Bunuh Diri (Non-Suicidal Self-Injury) pada Mahasiswa: Pengukuran dan Uji Model Teoritis.” Penelitian ini mengangkat fenomena Non-Suicidal Self-Injury (NSSI) atau perilaku menyakiti diri tanpa intensi bunuh diri, yang kerap ditemukan di kalangan mahasiswa namun masih kerap disalahpahami baik secara awam maupun dalam tataran intervensi psikologis.

Menggali Pemahaman Baru tentang NSSI pada Mahasiswa

Dalam ujian, Lusi menjelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk menyusun alat ukur yang valid serta menguji model teoritis NSSI pada mahasiswa, dengan mempertimbangkan berbagai faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi. “Faktor internal dan faktor risiko jadi hal yang dominan yang perlu untuk dieksplor dalam kasus perilaku menyakiti tanpa niat bunuh diri,” ungkapnya saat memaparkan hasil penelitiannya.

Disertasi ini menjadi penting karena menyoroti pentingnya pengukuran yang akurat dan pemahaman menyeluruh terhadap dinamika psikologis mahasiswa yang melakukan NSSI, agar intervensi yang dirancang tidak hanya bersifat reaktif, tetapi juga bersifat preventif dan kontekstual.

Struktur Tim Ujian Tertutup

Ujian ini dipimpin oleh Prof. Drs. Subandi, M.A., Ph.D., Psikolog., yang menjabat sebagai Ketua Senat Fakultas Psikologi UGM. Dalam penyusunan disertasinya, Lusi dibimbing oleh tim promotor yang terdiri dari: Prof. Dr. Sofia Retnowati, M.S., Psikolog (Promotor) dan Restu Tri Handoyo, S.Psi., M.Psi., Ph.D., Psikolog (Ko-promotor). Sementara itu, Tim Penguji terdiri dari akademisi lintas institusi yang kompeten di bidangnya: Dr. Nida Ul Hasanat, M.Si., Psikolog (Fakultas Psikologi UGM), Dra. Muhana Sofiati Utami, M.S., Ph.D., Psikolog (Fakultas Psikologi UGM), Dr. Indria Laksmi Gamayanti, M.Si., (Prodi Ilmu Kesehatan Anak FKKMK UGM), dan Anastasia Ediati, M.Sc., Ph.D., Psikolog (Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro)

Promotor, Prof. Dr. Sofia Retnowati, dalam akhir sesi diskusi juga menyoroti pentingnya aspek relasional keluarga dalam penanganan kasus NSSI. “Pemaksimalan keberfungsian keluarga dalam penanganan kasus NSSI ini perlu dibahas dan dihubungkan,” tegasnya.

Apresiasi atas Kontribusi Ilmiah dan Relevansi Sosial

Penelitian ini dinilai menghadirkan kerangka konseptual dan instrumen yang sangat potensial untuk digunakan dalam praktik psikologi klinis dan pendidikan tinggi. Isu NSSI yang selama ini tersembunyi dalam ruang pribadi mahasiswa, melalui riset ini mendapatkan panggung akademik yang layak untuk dibahas secara terbuka dan ilmiah.

Selamat kepada Lusi Nur Ardhiani, S.Psi., M.Psi., Psikolog atas keberhasilan melewati Ujian Tertutup. Semoga hasil penelitiannya menjadi kontribusi nyata dalam pengembangan intervensi psikologis yang sensitif, tepat sasaran, dan kontekstual bagi mahasiswa di Indonesia.

 

Penulis: Yutia Cesarinda Kusumawati

 

Ujian Tertutup Tri Hayuning Tyas: Mengangkat Suara Sunyi Perawatasuh Utama Penyandang Gangguan Jiwa Terpasung

Rilis Kamis, 26 Juni 2025

Yogyakarta – Pada Rabu, 25 Juni 2025, Program Studi Doktor Ilmu Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menyelenggarakan Ujian Tertutup bagi salah satu mahasiswanya dari Angkatan 2018, yaitu Tri Hayuning Tyas, S.Psi., M.A., Psikolog. Dalam ujian ini, Tri mempertahankan disertasinya yang berjudul “Metafora Pengalaman Psikologis Perawatasuh Utama Keluarga Penyandang Gangguan Jiwa Terpasung.”

Disertasi ini menawarkan pandangan yang mendalam dan reflektif terhadap realitas psikologis para perawatasuh utama dalam keluarga yang memiliki anggota dengan gangguan jiwa terpasung. Dengan pendekatan eksploratif berbasis metafora, riset ini memberikan ruang bagi suara-suara yang selama ini jarang terdengar, yakni para anggota keluarga yang memikul beban emosional, sosial, dan fisik dalam merawat anggota keluarga yang mengalami keterasingan akibat kondisi mental dan pemasungan.

Struktur Tim Promotor & Penguji Ujian Tertutup

Penelitian ini mendapat dukungan penuh dari tim promotor yang terdiri dari akademisi: Promotor yaitu Prof. Subandi, M.A., Ph.D., Psikolog (Fakultas Psikologi UGM), Ko-promtor yaitu Prof. Byron J. Good, Ph.D. (Harvard Medical School) dan Prof. Dra. Kwartarini Wahyu Yuniarti, M.Med.Sc., Ph.D., Psikolog (Fakultas Psikologi UGM). Kolaborasi lintas institusi ini memperkuat pendekatan transdisipliner yang digunakan Tri dalam menggali makna pengalaman perawatan jiwa dalam konteks keluarga dan budaya Indonesia.

Pelaksanaan Ujian Tertutup diperkaya oleh kehadiran tim penguji yang terdiri dari: Dr. Nida Ul Hasanat, M.Si., Psikolog (Fakultas Psikologi UGM), Dra. Muhana Sofiati Utami, M.S., Ph.D., Psikolog (Fakultas Psikologi UGM), Dr. dr. Carla Raymondalexas Marchira, SpKJ (K) (FKKMK UGM), dan Dr. J. Seno Aditya Utama, M.Si. (Fakultas Psikologi UNIKA Atma Jaya)

Para penguji memberikan apresiasi tinggi atas kepekaan tema, kedalaman metodologis, dan pendekatan reflektif-kualitatif yang digunakan dalam penelitian. Disertasi ini dinilai memiliki potensi kontribusi besar terhadap pengembangan layanan kesehatan jiwa berbasis keluarga dan kebijakan publik yang lebih manusiawi dan kontekstual.

Suara Kemanusiaan dari Balik Pemasungan

Dengan menggali metafora sebagai bentuk ekspresi emosional, disertasi ini menyajikan pemahaman mendalam tentang bagaimana perawat utama memaknai dan menanggung peran mereka dalam konteks stigma, keterbatasan layanan, dan kompleksitas dinamika keluarga. Studi ini juga menantang narasi dominan yang memandang pemasungan hanya sebagai pelanggaran hak, dengan menyoroti realitas ketidakberdayaan sistemik yang sering kali dihadapi oleh keluarga.

Selamat kepada Tri Hayuning Tyas, S.Psi., M.A., Psikolog atas keberhasilan dalam menyelesaikan Ujian Tertutup. Semoga disertasi ini menjadi pijakan penting dalam membangun sistem dukungan yang lebih empatik dan inklusif bagi keluarga dan penyintas gangguan jiwa di Indonesia.

 

Penulis: Yutia Cesarinda Kusumawati

Ujian Tertutup Yohanes Kartika Herdiyanto: Gagas Model Perawatan Humanistik bagi Penyintas Skizofrenia Berbasis Budaya Jawa

Rilis Jumat, 20 Juni 2025

Yogyakarta – Program Studi Doktor Ilmu Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menyelenggarakan Ujian Tertutup bagi salah satu mahasiswanya, Yohanes Kartika Herdiyanto, S.Psi., M.A., dari angkatan 2018, pada Kamis, 19 Juni 2025. Dalam ujian ini, Yohanes mempertahankan disertasinya yang berjudul “Model Perawatasuhan Penyintas Skizofrenia untuk Mencapai Pemulihan pada Konteks Budaya Jawa.”

Disertasi ini berangkat dari keprihatinan atas tingginya angka Years Lived with Disability (YLDs) pada individu dengan skizofrenia, meskipun tingkat mortalitas gangguan ini rendah. Penelitian Yohanes menyoroti pentingnya pendekatan pemulihan yang bukan hanya universal dan medis, tetapi juga mempertimbangkan konteks budaya lokal, khususnya budaya Jawa.

Pendekatan Etnografi dan Penemuan Pola Relasional Budaya

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif etnografi dan melibatkan partisipan dari dua setting: keluarga Jawa yang memiliki anggota dengan skizofrenia (n=12) dan layanan kesehatan mental di DIY (n=20). Teknik pengumpulan data meliputi wawancara mendalam, observasi partisipatif, grand tour, analisis dokumen, dan artefak relevan, serta wawancara kelompok. Analisis dilakukan secara reflektif dan tematik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model perawatasuhan yang berorientasi pada pemulihan dalam konteks budaya Jawa menekankan pola hubungan pengasuhan yang penuh kasih sayang (ngemong) oleh keluarga, serta hubungan profesional yang humanis (nguwongke) oleh tenaga kesehatan mental. Kedua pola tersebut bertujuan memfasilitasi pemulihan yang bermakna dan menumbuhkan harapan hidup bagi penyintas skizofrenia.

Struktur Tim Ujian dan Apresiasi Akademik

Ujian Tertutup ini dipimpin oleh Rahmat Hidayat, S.Psi., M.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Psikologi UGM. Tim pembimbing Yohanes terdiri dari Prof. Subandi, M.A., Ph.D., Psikolog sebagai Promotor, Dr. Wenty Marina Minza, M.A., dan Made Diah Lestari, S.Psi, M.Psi, Ph.D., Psikolog sebagai Ko-Promotor.

Adapun tim penguji dalam ujian ini adalah: Dr. Nida Ul Hasanat, M.Si., Psikolog; Dra. Muhana Sofiati Utami, M.S., Ph.D., Psikolog; Restu Tri Handoyo, S.Psi., M.Psi., Ph.D., Psikolog; Prof. Dra. Yayi Suryo Prabandari, M.Si., Ph.D. (FKKMK UGM).

Para penguji memberikan apresiasi atas pendekatan kontekstual dan kearifan lokal yang digunakan Yohanes dalam merancang model intervensi pemulihan. Disertasi ini dinilai mampu memberi sumbangan signifikan terhadap pengembangan praktik kesehatan mental berbasis budaya di Indonesia.

Selamat kepada Yohanes Kartika Herdiyanto atas pencapaiannya. Semoga hasil penelitiannya memberi manfaat luas bagi keluarga, tenaga profesional, dan sistem layanan kesehatan jiwa di Indonesia.

Penulis: Yutia Cesarinda Kusumawati

Universitas Gadjah Mada

Program Studi Doktor Ilmu Psikologi
Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada

Jl. Sosio Humaniora Bulaksumur
Yogyakarta 55281 Indonesia
doktor.psikologi[at]ugm.ac.id
Doktor Ilmu Psikologi UGM
doktorpsikologiugm
+62 822 2720 5719
+62 (274) 550435
+62 (274) 550435

Profil

  • Sekilas Pandang
  • Pengelola
  • Promotor & Ko-Promotor
  • Unit Pendukung Penelitian

Akademik

  • Panduan Akademik
  • Kurikulum 2014
  • Kurikulum 2020
  • Simaster
  • Sistem Informasi Terintegrasi

Fasilitas

  • PERPUSTAKAAN
  • PENJAMINAN MUTU
  • AKSES JURNAL DAN EBOOK
  • LAYANAN TEKNOLOGI INFORMASI

Kemahasiswaan & Alumni

  • Prestasi Mahasiswa
  • Promovendus Club
  • Profil Mahasiswa

© 2021 Universitas Gadjah Mada