Program Studi Doktor Ilmu Psikologi Fakultas Psikologi UGM menyelenggarakan kursus intensif Pengukuran Psikologi secara daring. Acara yang diagendakan selama 4 hari ini diadakan pada tanggal 16, 19, 20 dan 25 November 2020.
Adapun jumlah peserta yang mendaftar untuk mengikuti kursus yaitu 187 orang yang terdiri dari peserta umum yang berasal dari berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan, mahasiswa S3 psikologi ugm dan pengurus APSIMETRI.
Kegiatan dibuka oleh ibu Dr. Nida UI Hasanat, M.Si., Psikolog selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan beliau berterima kasih kepada para panitia atas terselenggaranya kegiatan dan para peserta yang ikut berpartisipasi dalam sharing ilmu yang diadakan hari ini.
Sesi pertama pada hari pertama dibuka oleh pemateri bapak Rahmat Hidayat, M.Sc., Ph.D. yang merupakan Kaprodi Doktor Fakultas Psikologi UGM. Beliau akan menyampaikan topik yang berjudul Mengeksplorasi Jejaring Nomologis Konstruk Ukur. Materi dimulai dengan pemaparan tentang dasar dari pengukuran psikologi dan penjelasan tentang jejaring normologis itu sendiri. Secara ringkas, jejaring normologis merupakan sebuah representasi atas konsep atau konstruk dalam sebuah kajian dan manifestasinya serta kesalingterkaitan di dalam dan antar konsep atau konstruk serta manifestasinya. Beliau juga memaparkan tentang prinsip penerapan jejaring normologis dan contoh-contoh jurnal yang membahas tentang jejaring normologis.
Sesi kedua dilanjutkan oleh bapak Restu Tri Handoyo, Ph.D., Psikolog dengan topik yang berjudul Peranan Teori dalam Pengembangan Alat Ukur Psikologi. Pembahasan dimulai dengan pemaparan singkat tentang pengukuran psikologi, dilanjutkan dengan peran teori dalam pengukuran, substantive validity: conceptualisation and literatur review dan pembahasan terakhir yaitu lesson learned: self-report stigma questionnaire Indonesia. Secara garis besar, dari teori yang ada peneliti dapat menjabarkan menjadi sebuah definisi operasional yang kemudian diturunkan menjadi indikator-indikator keperilakuan agar dapat dibuat menjadi item-item dalam pengukuran psikologi dan menghasilkan sebuah data yang menggambarkan teori tersebut.
Sesi ketiga di hari pertama akan ditutup oleh Galang Lufityanto, M.Psi., Ph.D. dengan topik yang berjudul Inovasi dalam Pengukuran Psikologi. Beliau memaparkan pengalaman pengembangan alat tes dan mengajak peserta untuk sharing dan sama-sama belajar dalam sesi ini. Di teori human iceberg, perilaku manusia yang terlihat seperti kata-kata aspek verbal, gerak tubuh dan lain sebagainya disebabkan oleh hal kasat mata seperti kepercayaan dan nilai. Tantangan ilmuwan psikologi tidak hanya didasarkan pada hal yang terlihat tetapi bagaimana kita dapat memprediksi perilaku yang terlihat berdasar hal-hal laten.
Hari kedua dalam sesi keempat akan dibuka oleh Prof. Dr. Saifuddin Azwar, M.A. dengan topik yang berjudul Teknik dan Prosedur Pengembangan Alat Ukur. Bapak Azwar memulai sesi dengan pembahasan awal mengenai pengukuran secara umum dan pengukuran secara spesifik dalam dunia psikologi. Beliau juga memaparkan tentang bagaimana mengembangkan suatu teori menjadi suatu alat ukur. Dimulai dari select a theoretical concept, discover behavioral aspect, create behavioral indicators, dan terakhir write scale items. Di akhir sesi beliau juga menunjukkan beberapa blue print dan contoh-contoh alat ukur non-kognitif.
Sesi kelima dilanjutkan oleh Dr. Avin Fadilla Helmi, M.Si. dengan topik yang berjudul Teknik dan Prosedur Adaptasi Tes. Materi dimulai dengan pemaparan latar belakang melakukan adaptasi suatu alat ukur. Menurut beliau, adaptasi alat ukur diimplementasikan pada negara yang baru, budaya, bahasa dan metode yang unik. Karena hal tersebut dimaksudkan untuk mencapai ekuivalensi antara sumber original dengan versi target. Beliau juga membahas tentang konsep dan cakupan adaptasi instrumen pengukuran psikologi, kemudian tahapan-tahapan melakukan adaptasi tes, contoh dari skala yang telah diadaptasi dan bagaimana melakukan validasi hasil suatu alat tes yang telah diadaptasi. Skala yang telah diadaptasi atau skala versi translasi tidak begitu menghasilkan skor yang sama-sama reliable dengan skala versi Bahasa original. Oleh karena itu, hasil adaptasi harus diverifikasi dengan hati-hati melalui proses pengujian propertis psikometri yang sistematis.
Sesi terakhir atau keenam di hari kedua dilanjutkan oleh bapak Haryanta, M.A. yang akan menyampaikan topik berjudul Konstruksi Tes Kognitif. Materi dimulai dengan pengertian kemampuan kognitif, sejarah perkembangan tes kognitif dan tahapan konstruksi tes kognitif. Tahap pertama dimulai dari test conceptualization yaitu menentukan tujuan tes dan memilih teori kognitif yang akan digunakan, test specification yaitu menentukan responden, bentuk tes dan jumlah subtes atau item, item development, field testing, test assembling dan yang terakhir norming and validity studies.
Hari ketiga sesi ketujuh akan dimulai oleh bapak Drs. Helly Prajitno Soetjipto, M.A. dengan topik yang berjudul Pengujian Dimensionalitas Pengukuran. Pada pembahasan pertama, beliau memaparkan bahwa pengujian dimensionalitas dalam proses evaluasi hasil pengukuran merupakan salah satu aktifitas penting dalam pengembangan dan pengujian instrumen pengukuran. Informasi mengenai dimensionalitas memberikan sejumlah implikasi yang tidak hanya berkaitan dengan bagaimana menafsirkan sebuah hasil pengukuran namun juga berkaitan dengan bagaimana menerapkan prosedur analisis statistika. Kemudian beliau juga memaparkan beberapa cara mereduksi dimensionalitas pengukuran serta konsep umumnya yaitu: principal component analysis (PCA), exploratory factor analysis (EFA) berbasis data, dan confirmatory factor analysis (CFA).
Sesi kedelapan dilanjutkan oleh ibu Dra. Sri Kusrohmaniah, M.Si., Ph.D. dengan topik yang berjudul Pengembangan Implicit Association Test. Dalam pembahasan kali ini, bu Kus memulai dengan pemaparan latar belakang munculnya Implicit Association Test (IAT), pengertian IAT, menurut beliau IAT yaitu alat ukur yang populer dalam psikologi digunakan untuk menentukan kekuatan asosiatif pada dua konsep. Dua konsep tersebut adalah pasangan target kategori dan pasangan atribut evaluatif yang berkaitan. Kekuatan asosiatif diukur dengan mendasarkan pada reaction time respon partisipan. Semakin cepat reaction time maka semakin kuat asosiasi antara dua konsep tersebut. Beliau juga membahas kegunaan IAT, contoh penelitian yang menggunakan IAT, jenis administrasi, serta kelebihan dan kekurangan IAT. Dan di akhir sesi beliau juga memaparkan kritik dan rekomendasi untuk riset IAT yang dapat dilakukan di masa depan.
Hari terakhir sesi kesembilan dibuka oleh mas Wahyu Jati Anggoro dengan topik yang berjudul Pengembangan Situational Judgement Test (SJT). Beliau membahas tentang dasar teoritis dari SJT dan definisinya dalam ilmu psikologi, contoh-contoh SJT, karakteristik butir soal SJT, tujuan SJT dan prosedur penyusunan SJT. Secara garis besar, situational judgement test atau SJT adalah tipe tes yang menyediakan bentuk item-item yang realistis dengan situasi nyata dan subjek dapat memilih respon yang sesuai diri mereka. Dan pada akhir sesi, beliau juga memaparkan tipe-tipe penyekoran dalam SJT.
Sesi terakhir ditutup oleh bapak Wahyu Widhiarso, M.A. dengan topik yang berjudul Analisis Kelas Laten dalam Pengembangan Tipologi Individu. Beliau membahas tentang ide dasar penggunaan dari analisis kelas laten beserta contoh jurnal penelitian yang telah beliau lakukan. Kemudian konsep dasar dari konstruk laten dan prosedur analisisnya. Analisis kelas laten ini mempelajari pola-pola tanggapan individu terhadap butir-butir alat ukur dan memberikan informasi yang sangat berharga mengenai karakteristik unik individu. Di Akhir sesi, beliau memberikan jurnal-jurnal yang dapat dijadikan referensi penggunaan analisis kelas laten dan berharap dapat dijadikan ide riset oleh para peserta.
Penulis: Chintia Viranda