- harlinanurtjahjanti@mail.ugm.ac.id
- Angkatan 2020
Cyberloafing: konseptualisasi, konstruksi instrumen dan model pengukuran.
Konektivitas internet dalam organisasi memiliki dampak positif dan negatif. Sementara kemajuan teknologi meningkatkan produktivitas karyawan dan efektivitas organisasi, kemajuan ini juga membuka peluang untuk penyalahgunaan. Penyalahgunaan teknologi yang tidak disengaja ini telah melahirkan bentuk baru perilaku kerja kontraproduktif yang dikenal dengan nama cyberloafing. Era organisasi modern, yang ditandai dengan ketergantungan yang meningkat pada teknologi dan penggunaan internet, telah meningkatkan risiko cyberloafing di kalangan karyawan. Akibatnya, hal ini dapat menimbulkan ancaman signifikan terhadap kinerja secara keseluruhan.
Penelitian ini memberikan kontribusi pada kemajuan penelitian bidang cyberloafing di Indonesia, khususnya dalam pengembangan instrumen dan literatur tentang cyberloafing, dengan menyoroti sisi positif dari cyberloafing di kalangan karyawan. Penggunaan dua kerangka teoritis meningkatkan pemahaman tentang penggunaan internet untuk kepentingan pribadi selama jam kerja, dengan mengintegrasikan lingkungan psikososial kerja dengan mediasi stres dan psychological detachment ke dalam satu model. Penelitian ini melibatkan tenaga kependidikan dari 13 perguruan tinggi negeri yang tersebar di enam kota di Jawa Tengah dan DIY Yogyakarta.
Pada studi pertama, pendekatan deduktif melalui tinjauan literatur digunakan untuk mengembangkan definisi konseptual dan memberikan bukti substansial untuk validitas konstruk dari cyberloafing. Tahapan selanjutnya, pendekatan induktif diterapkan dengan menggunakan kerangka analisis kualitatif fenomenologis. Data yang diperoleh awalnya dianalisis menggunakan Interpretative Phenomenological Analysis (IPA) dan kemudian dianalisis lebih lanjut menggunakan perangkat lunak Nvivo 12 Plus untuk menjamin validitas kesimpulan. Proses ini berhasil mengidentifikasi lima tema yaitu hiburan, interaksi, informasi, transaksi, dan keterampilan. Dengan menggabungkan temuan dari pendekatan deduktif dan induktif tersebut, dikembangkan instrumen untuk mengukur cyberloafing di kalangan karyawan. Instrumen ini divalidasi dengan menggunakan pengujian psikometrik melalui Exploratory Factor Analysis (EFA) dan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Hasil EFA menunjukkan struktur empat faktor yang konsisten dengan konstruk sedangkan hasil CFA mengonfirmasi kesesuaian model dengan faktor-faktor yang diidentifikasi oleh EFA, yaitu hiburan, interaksi, transaksi, dan rekreasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa instrumen cyberloafing yang dikembangkan merupakan instrumen yang valid dan reliabel untuk menilai cyberloafing di kalangan karyawan.
Pada studi kedua, adaptasi dan uji validasi dilakukan pada skala Lingkungan Psikososial Kerja, Stres Kerja, dan Psychological Detachment sebelum dilanjutkan dengan penilaian model pengukuran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga skala tersebut memenuhi kriteria validitas. Setelah itu, uji mediasi dilakukan untuk mengevaluasi apakah variabel mediasi dalam penelitian ini berperan dalam model yang dibangun. Secara spesifik, pengujian ini bertujuan untuk memastikan apakah stres kerja dan psychological detachment memediasi hubungan antara lingkungan psikososial kerja dan cyberloafing. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya efek mediasi penuh psychological detachment pada hubungan antara lingkungan psikososial kerja dan cyberloafing. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh lingkungan psikososial kerja terhadap cyberloafing dimediasi secara berurutan oleh stres kerja dan psychological detachment. Berdasarkan hasil penelitian, penulis membahas kontribusi teoritis dan implikasi praktis.
Kata kunci: Cyberloafing, lingkungan psikososial kerja, stres kerja, psychological detachment, pengembangan skala, model mediasi, pegawai organisasi publik.
Harlina selain mahasiswa S3 Prodi Ilmu Psikologi Fakultas Psikologi UGM, juga merupakan dosen Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Minat penelitiannya mengenai aspek perilaku karyawan dan lingkungan kerja (employees’ work attitudes and behaviors at work, mental health, cyberloafing, psychosocial work environment, etc.).