Dunia anak-anak penuh dengan suka ria. Anak-anak senang bermain bergembira. Namun, sebagai individu anak-anak pun menghadapi masalah sosial di antara teman sebayanya. Tantangan sosial yang dihadapi secara umum berupa adanya ketidaksesuaian antara ketertarikan anak dengan kondisi sebenarnya. Misalnya, ketika anak ingin bermain dan menemukan mainannya sedang dipinjam oleh teman, atau sewaktu anak ingin bergabung dengan kelompok teman baru yang sedang bermain.
Bagi anak-anak, bermain dengan mainan yang diinginkan dan bermain bersama teman sebaya yang diinginkan sangat penting. Ketika anak kesulitan untuk medapatkannya, ia menemukan permasalahan sosial dimana anak akan mencari solusi terbaik untuk mengatasinya. Solusi tersebut dinamakan Strategi Pemecahan Masalah Sosial (SPMS).
Peneliti berpendapat dalam hipotesis disertasi bahwa SPMS sebagai variabel mediator memiliki hubungan dengan penerimaan peer group. Sedangkan pola pola pengasuhan ibu memiliki peran dalam membentuk tipe SPMS anak.
Istri Rahmat Hidayat, Ph.D menemukan bahwa perilaku pengasuhan ibu memang berperan dalam penerimaan peer group. Akan tetapi, SPMS sendiri tidak menghubungkan pengasuhan ibu dengan penerimaan anak dalam teman sebaya. Walaupun pengasuhan ibu terbuktikan memiliki peran terhadap SPMS, SPMS tidak memiliki hubungan dengan tingkat penerimaan peer group anak. Dengan kata lain, SPMS tidak terbukti sebagai variabel moderator antara perilaku pengasuhan ibu dan penerimaan peer group.
Dalam argumen disertasinya, Rita mengatakan bahwa data menunjukkan penerimaan sosial yang rendah pada anak tidak hanya pada anak dengan SPMS agresif dan pasif, namun juga pada anak dengan strategi prososial. Begitu pula sebaliknya, anak dengan skor penerimaan sosial tinggi tidak hanya yang menggunakan strategi prososial, namun juga anak dengan strategi pasif dan agresif.
Rita menjelaskan bahwa penerimaan sosial tidak hanya dipengaruhi oleh strategi sosial yang digunakan anak, tetapi juga adanya dominasi sosial. Anak dengan dominasi sosial tinggi lebih dipersepsi sebagai anak yang populer dan diterima oleh teman sebaya dari pada anak dengan dominasi sosial rendah.
Dominasi sosial yang mengarah pada tindak koersif, pada sebagian anak dianggap tidak baik sehingga anak walaupun di satu sisi populer, juga tidak diterima dengan baik oleh teman sebaya.
Ibu dari dua anak ini pun berpesan agar orang tua senantiasa melatih anak untuk mengasah keterampilan sosial karena anak layaknya batu permata bagi orang tua, dan anak dengan bimbingan yang tepat adalah harta bagi bangsa.