Dosen Program Studi Psikologi Universitas Al-Azhar Indonesia. Praktisi konseling pernikahan sebagai Konselor dan Mediator di Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Pusat. Asesor Kompetensi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Serta aktif dalam Asosiasi Psikologi Islam (API) serta organisasi kemasyarakatan lainnya.
Bekerja di Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta
Biasa dipanggil Resti, ia berkecimpung sebagai pendidik dengan mengelola pendidikan inklusif di Yogyakarta bernama Sekolah Tumbuh. Resti memiliki minat pada psikologi positif terkhusus implementasinya pada ranah pendidikan dan keluarga. Ia juga menekuni praktik psikoedukasi sebagai trainer, penyusun dan pereview modul-modul pelatihan, parenting penguatan keluarga, peningkatan kapasitas guru, serta pengembangan sistem sekolah.
Tesi merupakan dosen yang saat ini bertugas di Universitas Negeri Padang. Tesi memiliki minat penelitian pada topik pernikahan dan keluarga dalam konteks budaya. Ia saat ini juga aktif dalam organisasi profesi ikatan psikologi klinis Himpsi Wilayah Sumbar.
Mahasiswa Program Doktor Ilmu Psikologi UGM angkatan 2020. Lulus sebagai sarjana Psikologi dari Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada dan lulus sebagai Magister Psikolog dan Psikolog dari Magister Profesi Psikologi Universitas Gadjah Mada. Bekerja sebagai dosen tetap di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Harlina selain mahasiswa S3 Prodi Ilmu Psikologi Fakultas Psikologi UGM, juga merupakan dosen Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Minat penelitiannya mengenai aspek perilaku karyawan dan lingkungan kerja (employees’ work attitudes and behaviors at work, mental health, cyberloafing, psychosocial work environment, etc.).
Muhammad Dwirifqi Kharisma Putra merupakan dosen Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta sejak Januari 2023. Rifqi, sapaan akrabnya, menyelesaikan pendidikan jenjang sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014 dan menyelesaikan pendidikan jenjang S2 bidang psikometrika di Magister Sains Psikologi pada universitas yang sama tahun 2016.
Dekan Fakultas Psikologi UGM, Rahmat Hidayat, S.Psi., M.Sc., Ph.D., menyampaikan, “Hari ini Fakultas Psikologi UGM melepaskan kalian semua. Status formal sebagai mahasiswa Fakultas Psikologi UGM sudah berakhir, namun status kalian sebagai anak-anak yang berilmu dari ibunda almamater Universitas Gajah Mada, ibu keilmuwan Fakultas Psikologi tidak akan pernah terputus, dan dengan demikian posisi kalian sebagai anggota keluarga besar Fakultas Psikologi UGM tidak akan pernah terputus,” katanya melepas Wisudawan dan Wisudawati yang telah berhasil meraih gelar Magister dan Doktor.
Hasil riset yang dilakukan mahasiswa Program Doktor Ilmu Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Annissa Reginasari, S.Psi., MA., tentang pemodelan pemantauan orang tua pada aktivitas digital anak dengan melibatkan 433 orang responden selaku perwakilan orang tua berusia di atas 36 tahun tinggal di Yogyakarta dan Riau. Penelitian ini menyebutkan bahwa faktor kedekatan memainkan peran penting untuk mendukung penerapan pemantauan orang tua pada aktivitas digital anak disamping berusaha membangun kedekatan dengan anak. “Orang tua perlu mengurangi intensitas dan durasi anak menggunakan gawai tersambung internet dan mengalihkan perhatian kepada optimalisasi fungsi pengasuhan,” kata Annisa dalam ujian terbuka promosi doktor di Fakultas Psikologi UGM, Selasa (26/9). Bertindak selaku promotor adalah Prof. Dr. Tina Afiatin, M.S.i. dan Ko-promotor Dr. Bhina Patria.
Menurut Annisa, kemampuan membangun kedekatan dengan anak akan membantu orang tua untuk mendapatkan informasi sukarela dari anak mengenai kegiatan anak sehari-hari termasuk aktivitas anak di dunia digital. “Secara operasional, orang tua perlu memberikan perhatian penuh pada saat anak bercerita tentang kegiatan daring dan luringnya, mengikuti media sosual yang dibuat anak atau dikelola orang tua dan menjaga agar interaksi daring orang tua dan anak tidak mengancam kedekatan, pembentukan kepercayaan anak pada orang tua,” jelasnya.
Selain itu, orang tua menurutnya juga perlu untuk mengurangi konflik dengan anak agar anak bisa membangun kepercayaan yang holistik kepada orang tua dan secara terbuka mau bercerita soal pengalaman daring dan luringnya. Sebab, anak bisa mempercayai orang tua karena anak merasa aman dan tidak dihakimi atas apapun yang mereka cerita pada orang tua. “Penting bagi orang tua memberikan penerimaan positif tanpa syarat kepada anak baik dalam konteks membangun kedekatan maupun dalam upaya melaksanakan pemantauan orang tua,” katanya.
Soal kesukarelaan anak bercerita pada orang tua menurut Annisa menjadi pertanda bahwa orang tua sukses membangun relasi yang berkualitas kepada anak yang akan membantu orang tua menerapkan pemantauan pada aktivitas digital terutama dengan cara pemantauan dan kesepakatan. Anaa dapat memilih untuk menceritakan pengalaman daring dan luring saat makan malam bersama dengan orang tua atau saat berkumpul dengan orang tua di hari libur sekolahnya.
Penulis : Gusti Grehenson
Sumber: http://ugm.ac.id/id/berita/orang-tua-sebaiknya-memantau-aktivitas-digital-anak/
Perubahan dari tim tradisional ke arah tim virtual mengakibatkan adanya perubahan dinamika relasi yang terjadi. Adalah Tri Astuti., S.Psi., M.Psi., Psikolog, staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur yang kemudian melakukan penelitian soal ini.
Penelitian dilakukan untuk mengembangkan teori dinamika kelompok tim virtual pada startup. Metode penelitian yang ia gunakan ialah metode kualitatif dengan pendekatan grounded theory. Sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam dan observasi dengan melibatkan partisipan sebanyak 18 dari 17 startup digital.
“Penelitian inipun menemukan selective coding yang berorientasi pada solusi yang dapat dijelaskan melalui alur dinamika dari 10 kategori yang dibagi ke dalam tiga tahapan sistemik input, proses, dan output yaitu preferensi organsiasi, preferensi personal, voluntary task assignment, kelompok kecil, “update culture”, manajemen terbuka, back to back, peralihan instan, rasa memiliki kelompok, dan kinerja,” ujar Tri Astuti saat ujian terbuka Program Doktor di Fakultas Psikologi UGM, Kamis (24/8).
Dia mengungkapkan tim virtual berorientasi pada solusi menawarkan output dari hasil relasi positif seperti efektivitas pencapaian target kerja tepat waktu, efisiensi dan implikasi dari penelitian yang ia lakukan dapat digunakan sebagai gambaran awal bagi perusahaan yang ingin membentuk tim virtual dan membuat sistem manajemen tim virtual dengan mempertimbangkan kategori yang muncul guna mendukung pencapaian kinerja perusahaan.
Mempertahankan disertasi Orientasi Pada Solusi: Strategi Efektif Pada Tim Virtual, Tri Astuti menjelaskan tim virtual tidak akan terbentuk jika perusahaan tidak mempertimbangkan strategi, pengaruh dari lingkungan luar sampai dengan jenis pekerjaan yang berpeluang untuk dibentuk secara tim virtual. Pilihan gaya kerja karyawan juga menjadi salah satu faktor penentu apakah tim virtual akan terbentuk atau tidak.
Beberapa karyawan yang menyukai pekerjaan dengan cara berinteraksi langsung akan mengalami kesulitan jika harus bekerja dalam tim virtual kerena telah terbiasa dan termotivasi bekerja dengan berinteraksi langsung. Di saat kedua komponen tersebut sudah dipertimbangkan dengan cukup matang maka relasi yang terjalin secara virtualpun akan berlanjut pada proses lebih formal yaitu pembagian tugas kerja.
“Pada tim virtual, proses pembagian kerja memang lebih banyak dilakukan melalui proyek-proyek sementara. Proyek yang lolos melalui tahapan review oleh pemimpin kemudian dibawa pada bawahannya untuk disebarkan dengan mempertimbangkan tiga hal yaitu prioritas, beban kerja dan pengalaman,” jelasnya.
Karyawan yang memenuhi ketiga hal tersebut, dalam pandangan Tri Astuti, memiliki peluang untuk mendapatkan proyek yang ditawarkan. Dalam proses koordinasi antara pemimpin dan bawahan akan dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dengan tujuan dapat bertukar informasi pada kelompok kecil dan memungkinkan tim virtual mencapai mutual understanding yang lebih cepat dibandingkan dengan membagi informasi pada kelompok yang lebih besar.
“Selanjutnya, jika kelompok-kelompok kecil sudah terbentuk maka pemimpin dan bawahan akan melakukan interaksi yang dijelaskan melalui empat kategori yaitu update culture, manajemen terbuka, back to back, dan peralihan instan. Keempat kategori ini menggambarkan proses koordinasi sampai dengan monitoring yang dilakukan oleh pemimpin dan bawahan. Seluruh tahapan proses saling memengaruhi satu sama lain, dan memiliki dampak terhadap perusahaan itu sendiri,”tandas Tri Astuti dalam ujiannya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Erna (Fak. Psikologi)
Sumber: http://ugm.ac.id/id/berita/tri-astuti-raih-doktor-usai-teliti-strategi-efektif-tim-virtual/